Minggu, 06 Mei 2012


EKOWISATA SEBAGAI SUATU GEJALA YANG MENYEBAR KE SELURUH DUNIA

4.1. Ekowisata Sebagai Bagian dari Pariwisata Hanya beberapa tahun yang lalu, kata “Ekoturisme/Ekowisata” tidak ada, apalagi prinsip-prinsip yang diwakilinya. Benar, telah ada pelancong alam, orang-orang seperti Humboldt Darwin, Bates dan Wallace. Tetapi pengalaman mereka hanya beberapa dan terpisah jauh, sehingga tidak ada keuntungan sosial-ekonomi bagi daerah-daerah terpencil yang mereka kunjungi. Selain itu aktivitas yang dilakukan juga tidak dimaksudkan sebagai sarana konservasi daerah alami, kebudayaan asli, ataupun spesies langka. Hanyalah melalui kedatangan perjalanan “pesawat jet”, popularitas mengenai alam dan dokumentasi perjalanan di televisi serta meningkatnya minat dalam konservasi dan lingkungan, ekowisata benar-benar menjadi suatu gejala yang merupakan ciri akhir abad ke-20. Secara umum pariwisata telah menjadi industri sipil yang terpenting di dunia.


           Menurut Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council-WTTC), saat ini pariwisata merupakan industri terbesar di dunia. Pariwisata merupakan industri yang lebih besar daripada industri kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian. Industri pariwisata mempekerjakan 127 juta pekerja (satu dalam 15 pekerja di dunia). Di dalam kerangka pemikiran ini, Organisasi Pariwisata Dunia (Work Tourism Organization) meramalkan pariwisata internasional yang mengalami pertumbuhan lebih dari 57% dalam dekade terakhir ini, diharapkan akan mengalami pertumbuhan sebesar 50% dalam dekade ini. Kawasan-kawasan alami, dan terutama kawasan-kawasan lindung yang telah dikukuhkan bentang alamnya, satwa liar dan flora, bersama-sama dengan unsur-unsur budaya yang ada, merupakan daya tarik utama bagi warga negara yang bersangkutan maupun wisatawan seluruh dunia. Itulah sebabnya organisasi konservasi mengenal relevansi yang sangat besar sangkut paut wisata dan juga menyadari akan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat manajemen pariwisata yang tidak terkontrol terhadap warisan alami dan budaya dunia.             
        “Ekowisata” sebagai suatu bagian logis dari pembangunan yang berkelanjutan, memerlukan pendekatan berbagai disiplin, perencanaan yang hati-hati (baik secara fisik maupun pengelolaan) dan pedoman-pedoman serta peraturan tegas yang dapat menjamin pelaksanaan yang berkelanjutan, hanya melalui keterlibatan lintas sektoral “Ekowisata” akan dapat benar-benar mencapai tujuannya. Pemerintah dan pengusaha swasta, masyarakat lokal dan LSM semuanya memiliki peranan penting, bahwa setiap negara hendaknya menyusun suatu rencana pariwisata nasional, sebagai bagian dari strategi perencanaan yang integral, yang mencakup komponen lingkungan dan pedoman-pedoman ekowisata. Dewan ekowisata nasional (yang memiliki wakil-wakil dari semua sektor yang terlibat dalam proses ekowisata) telah dibentuk di beberapa negara dan hasilnya cukup menjanjikan. Mengingat apa yang kita miliki adalah suatu planet yang terus menyempit (sehubungan dengan jasa dan perjalanan yang modern sebagaimana juga persetujuan-persetujuan di bidang ekonomi dan perdagangan), strategi-strategi ekowisata dapat juga dimulai dengan suatu fokus secara regional. Berbagai negara dapat menggabungkan kekuatan untuk menawarkan paket-paket terpadu yang menarik di dalam dunia pemasaran jasa ekowisata yang sedang berkembang. Permasalahan-permasalahan kronis, seperti kurangnya anggaran dan kurangnya pekerja pada banyak kawasan yang dilindungi, terutama di negara-negara berkembang, akhirnya dapat mulai dipecahkan jika mekanisme yang memadai untuk memompa dollar dari pariwisata ke dalam sistem taman nasional diletakkan pada tempatnya. 
             Selain itu kemiskinan yang memprihatinkan di banyak wilayah pedesaan di seluruh dunia, mungkin dapat diatasi apabila perumusan-perumusan yang tepat dapat dicapai untuk melibatkan masyarakat lokal dalam proses ekowisata. Suatu hal penting untuk ditekankan adalah bahwa ekowisata hendaknya tidak dibatasi pada kawasan-kawasan yang dilindungi mengingat bahwa terlalu banyaknya tekanan pada akhirnya dapat digunakan untuk mendesak kawasan-kawasan tersebut. Memajukan ekowisata di kawasan-kawasan alami yang tidak berstatus dilindungi dapat mendorong tindakan penduduk setempat yang efektif dalam melindungi kawasan alami dan sumberdaya di lingkungan mereka atas dasar kepentingan sendiri, bukan karena hambatan dari luar. Ekowisata adalah suatu gejala yang rumit dan terdiri atas banyak disiplin. Terdapat banyak segi yang harus diperhatikan jika ingin ekowisata berhasil bagi siapa yang terlibat; konsumen, pengelola, penduduk asli dan para pemasok. Inventarisasi yang rinci dan sistematis dari daya tarik dan atraksi-atraksi ekowisata (baik alam maupun budaya) dari suatu negara, wilayah atau suatu tapak hendaknya diperbesar, mengingat bahwa inventaris ini berbeda dengan inventarisasi ilmiah, dan bahwa kegiatan-kegiatan ini hendaknya mencerminkan daya tarik dari obyek-obyek yang terdaftar (dan tidak semata-mata merupakan suatu gambaran klinis tanpa emosi dan potensi-potensi biologi atau arkeologi yang ada). Komponen pelatihan merupakan hal yang vital. Kursus dan seminar bagi berbagai sasaran (operator wisata, pemandu lapangan, pemilik hotel, pengelola taman, kelompok-kelompok masyarakat lokal, perencana dari pemerintah) sangat diperlukan

             Program-program pelatihan hendaknya berupa hal-hal yang praktis, memadukan kegiatan-kegiatan di kelas dengan praktek-praktek lapangan. Fasilitas fisik yang memadai di dalam dan didekat kawasan alami diperlukan untuk pengembangan ekowisata yang efektif. Kriteria, perencanaan, perancangan dan pembangunan yang tepat harus diterapkan. Meminimalkan dampak terhadap lingkungan menyediakan “funetorial self sufficiensi” sampai pada tahap tertentu, dan menambah kualitas dari pengalaman pengunjung. Pusat-pusat interpretasi sangat kurang dikebanyakan kawasan-kawasan dilindungi di negara berkembang. Perhatian khusus hendaknya diarahkan pada penyediaan fasilitas yang menarik, memadai dari segi pendidikan serta mudah dijalankan dan dirawat, selalu sesuai dengan realitas sosial dan ekonomi dari tiap kasus oleh karena kebanyakan kawasan dilindungi terletak pada lokasi-lokasi yang sulit dijangkau serta jauh dari jasa pelayanan tradisional, usaha apa yang disebut dengan “teknik-teknik lingkungan” seperti misalnya energi matahari (untuk pemanasan air dan penyediaan tenaga listrik), merangkap menggunakan kembali air hujan, daur ulang sampah, ventilasi ke alam dan penggunaan batas-batas bangunan dan teknik pembangunan yang asli. Bangunan, jalan, jalur-jalur melintas alam, tanda-tanda, menara pengamat serta tempat-tempat pengamatan yang tersembunyi hendaknya dirancang dengan hati-hati sehingga tidak mengganggu lingkungan sekaligus melayani untuk meningkatkan pengalaman pengunjung (Lascurain, 1995).

0 komentar: