Sabtu, 05 Mei 2012


PESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN


Masalah resurgensi hama wereng paa tanaman padi yang terjaddi pada akhir dekade 1970-an telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kemajuan pembangunan pertanian di Indonesia. Pengalaman ini mengajarkan bahwa pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang hanya mengandalkan pestisida sistesis akan berdampak buruk dimasa yang akan dating, seperti resurgensi hama dan pencemaran lingkungan.
Pada tahun 1986 pemerintah akhirnya menetapkan pengelolaan hama terpadu (PHT) sebagai program nasional melalui Intruksi Presiden No. 3 tahun 1986 yang merupakan upaya untuk mengantisipasi dampak buruk pemakaian pestisida sintesis. Kebijakan ini di ikuti dengan pengurangan subsidi secara bertahap untuk pestisida dan pada bulan Januari 1989 subsidi pestisida dihapuskan sama sekali.

Laporan pratikum:PHPH TRICHODERMA HARZIANUM (TH) DAN TRICHODERMA VIRENS PADA MEDIA SABUT KELPA




OLEH
    NAMA : LUKMAN HAKIM
NIM      : 0805101050131  
KELAS : 4 AGROTEK   08

 



JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2011




BAB I.PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Pengendalian hayati merupakan salah satu komponen penting dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian hayati adalah pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan serangga hama atau penggunaan agens antagonis untuk mengendalikan patogen tanaman. Pada dasarnya, setiap serangga hama mempunyai musuh alami yang dapat berperan dalam pengaturan populasinya. Musuh alami serangga hama adalah komponen utama dari pengendalian almiah, yang merupakan bagian dari ekosistem dan sangat penting peranannya dalam mengatur keseimbangan ekosistem tersebut.

Macam-macam jenis Hama Tanaman dan Cara Pengendalian



HAMA TANAMAN

1. MORFOLOGI UMUM HAMA

Untuk mengenal berbagai jenis binatang yang dapat berperan sebagai hama, maka sebagai langkah awal dalam kuliah dasar - dasar Perlintan akan dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology) binatang penyebab hama. Namun demikian, tidak semua sifat morfologi tersebut akan dipelajari dan yang dipelajari hanya terbatas pada morfologi “penciri” dari masing-masing golongan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis - jenis hama yang dijumpai di lapangan.