Sabtu, 05 Mei 2012


Laporan pratikum:PHPH TRICHODERMA HARZIANUM (TH) DAN TRICHODERMA VIRENS PADA MEDIA SABUT KELPA




OLEH
    NAMA : LUKMAN HAKIM
NIM      : 0805101050131  
KELAS : 4 AGROTEK   08

 



JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2011




BAB I.PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Pengendalian hayati merupakan salah satu komponen penting dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian hayati adalah pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan serangga hama atau penggunaan agens antagonis untuk mengendalikan patogen tanaman. Pada dasarnya, setiap serangga hama mempunyai musuh alami yang dapat berperan dalam pengaturan populasinya. Musuh alami serangga hama adalah komponen utama dari pengendalian almiah, yang merupakan bagian dari ekosistem dan sangat penting peranannya dalam mengatur keseimbangan ekosistem tersebut.
            Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pertanian. Produksi pertanian secara kualitas maupun kuantitas mengalami penurunan yang sangat tinggi, sehingga perlu dilakukan penanggulangan dan pengendalian yang tepat dan cermat.Konsep yang harus dikembangkan dalam pengendalian  hama dan penyakit tanaman adalah selain memperhatikan efektivitas dan segi ekonomisnya juga harus mempertimbang-kan masalah kelestarian lingkungan. Bertitik tolak dari konsep tersebut, maka perhatian dunia kembali pad Dewasa ini banyak diketahui bahwa Trichoderma spp.dapat dipakai untuk mengendalikan berbagai penyakit bawaan pada tanah. Pengendalian secara biologis juga dapat dilakukan dengan patogen yamg tidak virulen dari jenis yang sama sebagai pesaing (kompetitor) ( Schlegel, 1994).a pengendalian secara hayati, yakni suatu cara pengendalian hama penyakit tanaman dengan memanfaatkan musuh-musuh alami yang bersifat antagonis.

1.2.Tujuan Pratikum
            Adapun tujun pratikum ini adalah Untuk mengetahui pertumbuhan masing-masing inokulum trichoderma harzianum dan trichoderma virens pada media sabut kelapa dan di media agar di petri dish

BAB.II.TINJAUN PUSTAKA

·         Jamur Trichoderma harzianum
Biologi Agen Antagonis
Sistematika Trichoderma harzianum menurut Semangun (2000) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Subclass : Hypocreomycetidae
Ordo : Hypocreales
Family : Hypcreaceae
Genus : Trichoderma
Species : Trichoderma harzianum
            Sifat antagonis jamur Trichoderma sp telah diteliti sejak lama.  Inokulasi  Trichoderma harzianum ke dalam tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang menyerang di pesemaian, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh toksin yang dihasilkan jamur ini yang dapat diisolasi dari biakan yang ditumbuhan di dalam petri.   Spesies lain dari jamur ini telah diketahui bersifat antagonistik atau parasitik terhadap jamur patogen tular tanah  yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman pertanian  Tahun 1972, Well dan kawan-kawan melaporkan bahwa dengan pemberian inokulum Trichoderma harzianum  dengan perbandingan inokulum dengan tanah 1 : 10 v/v  dapat mengendalikan penyakit busuk batang dan busuk akar yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii.  Pada tahun 1975, Backman, Rodrigues-Kabana mengembangkan penelitian tentang pemanfaatan inokulum jamur antagonis ini yang dicampurkan dengan tanah diatomae yang dilumuri larutan tetes (molase) 10 % untuk membantu pertumbuhan Trichoderma  harzianumInokulum jamur ini ternyata dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii di lapangan dengan butiran tanah diatomae  sebanyak 140 kg/ha sebagai inokulum, yang hasilnya sebanding dengan perlakuan yang menggunakan pestisida kimia (Sinner cit Hinggis,1985)
            Jamur Trichoderma harzianum dapat mengendalikan penyakit layu semai pada kacang buncis dan kol pada kondisi rumah kaca, tetapi hasilnya belum mantap untuk skala lapangan. Jamur Trichoderma hamatum dilaporkan juga dapat menghambat serangan jamur Rhizoctonia solani dan Phytium sp yang menyerang persemaian tanaman kapri dan lobak. (http://lp.unand.ac.id, 2010).

Manfaat dan Keunggulan
            Mendapatkan strain unggul Trichoderma yang mampu mengkolonisasi akar dan bersifat endofit pada tanaman pisang sehingga efektif dalam pengendalian penyakit layu Fusarium. Kemampuan kolonisasi dan keberadaan endofit Trichoderma pada akar bibit pisang belum relefan dengan peningkatan jumlah daun bibit pisang, tetapi ada kecendrungan interaksi Trichoderma spp dengan ketiga jenis pisang dapat meningkatkan jumlah daun bibit Kelebihan Jamur Trichoderma harzianum : M udah ditemukan di kebun/ pertanaman, M udah diisolasi dan dikembangkan, M empunyai kisaran mikoparasitme yang luas, D apat tumbuh cepat pada berbagai media , Trichoderma harzianum pada umumnya tidak bersifat patogenik terhadap tanaman, M empunyai kompetisi yang baik terhadap ruang dan makanan, serta D apat menghasilkan antibiotika dan enzsim yang dapat menimbulkan kerusakan pada inangpisang. (http://lp.unand.ac.id, 2010).
Cara Aplikasi Trichoderma harzianum
            Aplikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara : Dengan mencampurkan Trichoderma harzianum pada pupuk kandang , kompos, BOKASHI dsb. kemudian di sebarkan , Dengan melarutkan Trichoderma harzianum ke dalam air, kemudian disiramkan pada pertanaman, Pada tanaman perkebunan, bukalah tanah di sekitar tanaman sehingga leher akar kelihatan, taburkan jamur Trichoderma harzianum pada tanaman yang terserang penyakit. Pemberian Trichoderma harzianum juga dapat dilakukan bersama-sama dengan waktu pengolahan tanah untuk tindakan pencegahan terhadap adanya serangan penyakit pada tanaman.

·         Trichoderma Virens
Secara bersama-sama, karakteristik yang ditunjukkan oleh sangat memperluas spektrum kegiatan jamur sebagai agen biokontrol. Secara bersama-sama, karakteristik yang ditunjukkan oleh T,virens menjadikannya salah satu yang paling efektif dan serbaguna agen biokontrol untuk bibit dan penyakit akar. Langkah berikutnya dalam meningkatkan efikasi biokontrol T. virens strain adalah mantan meningkatkan efikasi biokontrol T. pand suhu mereka / spektra kegiatan dan memperluas penyimpanan periode di mana persiapan biokontrol tetap berlaku. (Tate, 1986) (Tate, 1986).
            Hasil Penelitian menunjukkan bahwa T.virens dan T.harzianum terbukti efektif dalam mengendalikan P.palmivora. Efektifitas ini terlihat pada perlakuan T.virens (T2) ,T.harzianum (T3)dan perlakuan kombinasi T.virens, dan T.harzianum (T4) memperlihatkan pembusukan batang yang terjadisangat berbeda dengan perlakuan P.palmivora (T1).T.virens, dan T.harzianum terbukti mampu masuk pada bagian kortex batang, dan keberadaannya sangat berpotensi sebagai biokontrol. (Antagonis 2011).
            Hal ini menunjukkan bahwa peranan jamur antagonis sebagi contoh jamur potensi jamur Trichoderma yang merupakan jamur antagonis yang bersifat preventif bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Harman (1998) yang menyatakan bahwa Potensi jamur Trichoderma sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tumbuhan .( Suwahyono dan Wahyudi .2005).
            Suwahyono dan Wahyudi (2005) .yang menyatakan bahwa Trichoderma merupakan jamur saprofit yang hidup di dalam tanah, serasah dan kayu mati. Dalam kompetisi trichoderma mempunyai kemampuan memperebutkan sumber makanan atau di sekitar perakaran tanaman menghasilkan enzim β 1.3 glukanase dan kitinase.



BAB III.METODELOGI

1., Tempat dan Waktu Percobaan
            Adapun percobaan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit  Pertanian ,Fakultas Pertanian Universitas Syiah kuala Banda Aceh ,pada  hari Kamis ,pukul 14.00 sampai dengan selesai.

2.Bahan dan Alat Percobaan
2..1.Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Potato Dextrose Agar (PDA) sebagai media yang digunakan dalam biakan murni, alkohol sebagai pensteril alat dan tangan, jamur antagonis Trichoderma  viren(TV). Trikhoderma harzianum.(TH), dan sabut kelapa sebagai media  trichoderma tersebut.
2.2.Alat
            Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah petridisk sebagai tempat menaruh media PDA,cling wrap sebagai plastik penutup pada petridisk supaya tidak terkontaminasi, jarum inokulasi sebagai alat untuk menaruh potongan agar patogen dan agen kedalam media yang baru, bor gabus untuk memotong media dalam biakan murni, lampu bunsen sebagai alat untuk pensteril alat dan media erlenmeyer sebagai tempat untuk membuat mediik a PDA, , autoklaf sebagai alat untuk mensterilisasi media dan alat yang akan digunakan, dan buku data sebagai tempat untuk menulis data dan alat tulis sebagai alat untuk menulis.
3.Cara kerja
Adapun cara kerja nya adalah
a.Cara kerja isolasi trichoderma  di petri dish.
·         mengambil petri dish yang sudah  berisi trikhoderma 
·         kemudian  membakar/memanaskan petridish tersebut  didalam laminar dan membalut dengan  cling wrap sebagai plastic penutup  serta membuat label/tandan untuk masing-masing jamur
·         mengamati perkembangan  trichoderma tersebut setiap hari
·         mengukur tingkat perkembangan seperti panjang penyebaran,ketebalan,warna
b.cara kerja trikhoderma di media  sabut kelapa.
·         membersihkan media sabut kelpa higga steril
·         kemudian media tersebut di timbang
·         setelah itu masukkan trikhoderma virans(TV) dan trichoderma Harizianum (TH)
·         masukkan kedalam tempat penyimpanan
·         dan melakukan pengamatan setiap hari,

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Kelompok 7
·         Pengamatan di petri dish
Pengamatan
Trichoderma Virens (TV)
Trichoderma Harzianum (TH)
Pengamatan  I
2,5
2,0
Pengamatan II
4,0
4,7
Pengamatan III
4,4
5,4
·         Pengamatan  pada media sabut kelapa
Pengamatan
jumlah TV yg tumbuh(%)
jumlah TH yg tumbuh(%)
Pengamatan  I
-
10%
Pengamatan  II
-
25%

B.Pembahasan         
                                                                                                                                                            Dalam pembuatan trichoderma ini yang pertam yang kami lakukan adalah, mengambil petri dish yang sudah  berisi trikhoderma kemudian  membakar/memanaskan petridish tersebut  didalam laminar dan membalut dengan cling wrap sebagai plastic penutup serta membuat label/tandan untuk masing-masing jamurmengamati perkembangan  trichoderma tersebut setiap harimengukur tingkat perkembangan seperti panjang penyebaran,ketebalan,warna                                     Dari hasil pengamatan  pertama yang kami lakukan adanya menunjukkan bahwa pertumbuhan trichoderma virens(TV) lebih cepat dibandingkan  dengan  trichoderma Harzianum (TH) yaitu TV 2,5 sementara TH hanya 2,0 .namun pada pengamatan ke 2 tingkat pertumbuhan trichoderma harzianum (TH)  jauh lebih cepat dari pada trichoderma virens yaitu 4,7 dan trichoderma virens 4,0 ,dan begitu juga pada pengamatan ke 3 yaitu TV 4,4 dan TH 5,4 hal ini terjadi akibat adanya persaingan ntara TV dan TH ,baik persaingan perebutan makanan maupun persaingan ruang gerak sehingga, TH lebih agresif dalam persaingan sehingga pertumbuhan TH jauh lebih cepat dari pada TV.
            Pada percobaan dimedia sabut kelapa yang kami lakukan bahwa,trichoderma harzianum dapat tumbuh di media sabut kelapa adapun persentae pertumbuhan TH yaitu pada pengamatan pertama tingkat pertumbuhannya hanya sekitar 10 % ,namun pada pengamatan kedua TH mengalami peningkata yaitu 25 %,tetapi pada TV hasil yang kami peroleh tidak ada kerna dari pengamatan pertama sampai terakhir satu pun tidak ada yang tumbuh
Adapun factorfaktor  yang  menentukan tingkat keberhasilan pertumbuhan trchoderma Virens dan trichoderma Harzianum adalah
·         Kondisi lingkungan disekitar tempat  pembiakan trichoderma( laboratorium)
·         Media yang digunakan harus dalam kondisi steril
·         Dan keahlian dalam mengembang biakkan trichoderma tersebut


BAB.IV.PENUTUP

1.Kesimpulan
·         Dalam kompetisi trichoderma mempunyai kemampuan memperebutkan sumber makanan atau di sekitar perakaran tanaman menghasilkan enzim β 1.3 glukanase dan kitinase.
·         pertumbuhan trichoderma virens(TV) lebih cepat dibandingkan  dengan  trichoderma Harzianum (TH) yaitu TV 2,5 sementara TH hanya 2,0 .
·         dimedia sabut kelapa yang kami lakukan bahwa,trichoderma harzianum dapat tumbuh di media sabut kelapa adapun persentae pertumbuhan TH yaitu pada pengamatan pertama tingkat pertumbuhannya hanya sekitar 10 %dan pengamatan kedua 25%.

2.Saran
·         Saran saya agar pratikum kedepannya agar ditingkatkan lagi, mulai dari segi kedesiplinan hingga waktu pratukmnya menurut saya agar ditambah lagi guna untuk menigkatkan keahlian mahasiswa dibidang pengisolasian jamur trichoderma tersebut
·         Pada proses praktikum ini berlangsung sebaiknya praktikan dalam keadaan steril agar terhindar dari kontaminasi yang berkelanjutan.






DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, M. J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Sinner cit Hinggis,1985. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Suwahyono dan Wahyudi (2005) Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Harman (1998). 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Sinaga, M. S. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://lp.unand.ac.id, 2010 Pegendalian secara Biologi,diakses  tgl 5 -6-2011.















0 komentar: