Sabtu, 05 Mei 2012
Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa
Genetika Telah Menjadi Kenyataan?
* Mangku Sitepoe
Domba Dolly yang lahir pada 5 Juli
1996 diumumkan pada 23 Februari 1997 oleh majalah Nature. Pada 4 Januari
2002 di hadapan para wartawan dinyatakan domba itu menderita radang sendi di
kaki belakang kiri di dekat pinggul dan lutut atau menderita arthritis. (Kompas,
5/1/02)Kelahiran domba Dolly berkat kemajuan teknologi rekayasa genetika yang
disebut kloning dengan mentransplantasikan gen dari sel ambing susu domba ke
ovum (sel telur domba) dari induknya sendiri.
Sel telur yang sudah ditransplantasi
ditumbuhkembangkan di dalam kandungan domba, sesudah masa kebuntingan tercapai
maka sang domba lahir yang diberi nama Dolly. Sehingga domba Dolly lahir tanpa
kehadiran sang jantan domba, seolah-olah seperti sepotong batang ubi kayu
ditanam di tanah yang kemudian tumbuh disebut mencangkok. Sejak lahir si domba
Dolly tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat tetapi sesudah hampir enam
tahun mulai muncul penyakit arthritis yang dijelaskan di hadapan wartawan.
Menjadi pertanyaan: Mengapa domba
Dolly menderita arthritis saja diumumkan ke seluruh muka Bumi?
***
Domba Dolly dihasilkan dari hasil
transplantasi gen atau gen yang satu dipindahkan ke gen yang lain.
Diasosiasikan perpindahan gen. Dapat antarjenis maupun lintas jenis yang
kemudian ditumbuhkembangkan. Jenis penyakit yang ditemukan oleh Prusiner SB,
1986 diklasifikasikan sebagai penyakit prion; pada domba disebut penyakit
Scrapie pada tahun 1787, dapat menular ke sapi yang disebut penyakit Sapi-gila
tahun 1986. Penyakit sapi gila dapat menular ke manusia menjadi penyakit
Creutzfeldt-Jakob varian baru (nv CJD) tahun 1996. Sedangkan CJD tradisional
dijumpai pada tahun 1922.
Ada satu jenis penyakit lagi pada
manusia disebut penyakit kuru juga disebabkan oleh prion, tahun 1957. Penyakit
prion juga disebut “gangguan dari gen“, dapat dicetuskan apabila adanya
kanibalisme.
Kekhawatiran penyakit prion atau
penyakit gen sesudah 200 tahun kemudian baru menjadi kenyataan, Yaitu sejak
tahun 1787 sampai 1986. Demikian pun halnya dengan kekhawatiran penyakit
arthritis yang diderita oleh domba Dolly sesudah enam tahun baru muncul. Masa
inkubasi penyakit Scrapie pada domba 1,5 sampai dengan empat tahun, penyakit
sapi gila empat sampai dengan delapan tahun, dan penyakit kuru pada manusia
delapan sampai dengan 20 tahun. Apakah penyakit arthritis yang dijumpai pada
domba Dolly sesudah enam tahun juga merupakan suatu penyakit dari gen atau
muncul dari penggunaan rekayasa genetika?
Pertanyaan ini muncul sesudah adanya
pengalaman pada penyakit prion seperti penyakit sapi gila di Inggris yang
dikemukakan oleh Prusiner S B di tahun 1986.
Kekhawatiran terhadap penyakit
arthritis si domba Dolly disebabkan oleh penggunaan rekayasa genetika didukung
pula oleh beberapa hasil hewan percobaan:
Percobaan Guff B L (1985),
penggunaan gen pertumbuhan manusia kepada embrio, diharapkan akan muncul
keadaan yang baik ternyata muncullah yang buta, immunosupresif, arthritis,
gangguan pencernaan, dan lain-lain.Demikian pula penelitian Arfad Putzai (1998) menggunakan kentang transgenik
yang mentah diberikan kepada tikus percobaan memberikan gejala gangguan
pencernaan, imunosupresif, kekerdilan, serta adanya arthritis.
Apakah arthritis pada domba Dolly sesudah enam tahun dari kelahirannya disebabkan oleh penggunaan teknologi rekayasa genetika? masih diragukan kebenarannya. Walaupun percobaan Arfad Putzai ditentang oleh berbagai pakar di seluruh dunia tentang keakuratan penelitian tersebut, tetapi Perdana Menteri Inggris menyatakan agar meninjau kembali tentang peraturan penggunaan produk-produk biotehnologi di Inggris. Kedua percobaan tersebut merupakan kenyataan dampak negatif yang disebabkan oleh penggunaan GMO.
Apakah arthritis pada domba Dolly sesudah enam tahun dari kelahirannya disebabkan oleh penggunaan teknologi rekayasa genetika? masih diragukan kebenarannya. Walaupun percobaan Arfad Putzai ditentang oleh berbagai pakar di seluruh dunia tentang keakuratan penelitian tersebut, tetapi Perdana Menteri Inggris menyatakan agar meninjau kembali tentang peraturan penggunaan produk-produk biotehnologi di Inggris. Kedua percobaan tersebut merupakan kenyataan dampak negatif yang disebabkan oleh penggunaan GMO.
Satu-satunya gangguan kesehatan
sebagai dampak negatif atau bentuk nyata penggunaan hasil rekayasa genetika
(GMO), pada manusia yang telah dapat dibuktikan ialah reaksi alergis. Tetapi,
baik diketahui bahwa gen tersebut menimbulkan reaksi alergis maka seketika itu
seluruh gen serta produk dari gen tersebut ditarik dari peredaran, sehingga
dikatakan sampai saat ini belum dijumpai lagi adanya dampak negatif gangguan
kesehatan yang ditimbulkan dalam penggunaan GMO pada manusia.
Seperti dikemukakan oleh Wallase,
2000, bahwa tidak seorang pun di muka Bumi ini ingin menjadi hewan percobaan
terhadap penggunaan produk GMO. Sedangkan untuk hewan dan beberapa hewan
percobaan ada pula dijumpai di lapangan seperti adanya penggunaan GMO pada
tanaman yang digunakan sebagai bahan pakan pokok larva kupu-kupu raja
menimbulkan gangguan pencernaan, menjadi kuntet akhirnya larva kupu-kupu mati.
Temuan di lapangan mengenai kasus kematian larva kupu-kupu yang memakan bahan
pakan produk GMO dan hasil penelitian Arfad Putzai memberikan kekhawatiran
terhadap pemberian hasil rekayasa genetika kepada hewan maupun manusia dalam
keadaan mentah. Bentuk nyata lainnya penggunaan hasil rekayasa genetika yang
telah pernah dijumpai ialah adanya gangguan lingkungan berupa tanaman yang
mempergunakan bibit rekayasa genetika menghasilkan pestisida. Sesudah dewasa tanaman
transgenik yang tahan hama tanaman menjadi mati dan berguguran ke tanah.
Bakteri dan jasat renik lainya yang dijumpai pada tanah tanaman tersebut
mengalami kematian. Kenyataan di lapangan bahwa hasil trasngenik akan mematikan
jasad renik dalam tanah sehingga dalam jangka panjang dikhawatirkan akan
memberikan gangguan terhadap struktur dan tekstur tanah.Di khawatirkan pada
areal tanaman transgenetik sesudah bertahun-tahun akan memunculkan gurun pasir.
Kenyataan di lapangan adanya sifat GMO yang disebut cross-polination. Gen
tanaman transgenetik dapat ber-cross- polination dengan tumbuhan lainnya
sehingga mengakibatkan munculnya tumbuhan baru yang dapat resisten terhadap gen
yang tahan terhadap hama penyakit. Cross-polination dapat terjadi pada
jarak 600 meter sampai satu kilometer dari areal tanaman transgenic. Sehingga
bagi areal tanaman transgenik yang sempit dan berbatasan dengan gulma maka
dikhawatirkan akan munculnya gulma baru yang juga resisten terhadap hama
tanaman tertentu.
Penggunaan bovinesomatotropine hormon yang berasal hasil rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi susu sapi mencapai 40 persen dari produksi biasanya; demikian pula porcine somatotropin yang dapat meningkatkan produksi daging babi 25 persen dari daily gain biasanya.
Tetapi, kedua ini akan menghasilkan hasil sampingan berupa insulin growth factor I (IGF I) yang banyak dijumpai di dalam darah maupun di dalam daging, hati, serta di dalam susu. Mengonsumsi IGF I akan memberikan kekhawatiran risiko munculnya penyakit diabetes, penyakit AIDS dan resisten terhadap antibiotika pada manusia sedangkan pada sapi akan memberikan risiko munculnya penyakit sapi-gila serta penyakit radang kelenjar susu (mastitis).
Penggunaan bovinesomatotropine hormon yang berasal hasil rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi susu sapi mencapai 40 persen dari produksi biasanya; demikian pula porcine somatotropin yang dapat meningkatkan produksi daging babi 25 persen dari daily gain biasanya.
Tetapi, kedua ini akan menghasilkan hasil sampingan berupa insulin growth factor I (IGF I) yang banyak dijumpai di dalam darah maupun di dalam daging, hati, serta di dalam susu. Mengonsumsi IGF I akan memberikan kekhawatiran risiko munculnya penyakit diabetes, penyakit AIDS dan resisten terhadap antibiotika pada manusia sedangkan pada sapi akan memberikan risiko munculnya penyakit sapi-gila serta penyakit radang kelenjar susu (mastitis).
Kekhawatiran munculnya dampak
negatif penggunaan GMO terhadap ekonomi bibit yang dihasilkan dengan rekayasa
genetika merupakan final stok bahkan disebut dengan suicide seed sehingga
membuat kekhawatiran akan adanya monopoli. Kekhawatiran terhadap efesiensi
penggunaan GMO, misalnya, di Meksiko penggunaan bovinesomatothropine kepada
sapi meningkatkan produksi susu 25 persen tetapi penggunaan pakan meningkat
sehingga tidak adanya efisiensi.
Demikian pula kekhawatiran penanaman kapas Bt di Provinsi Sulawesi Selatan dapat meningkatkan produksi tiga kali lipat, tetapi bila subsidi supplier ditarik apakah tetap efisien? Kekhawatiran akan musnahnya komoditas bersaing apabila minyak kanola diproduksi dengan rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi minyak goreng beratus kali lipat maka akan punah penanaman tanaman penghasil minyak goreng lainnya seperti kelapa dan kelapa sawit.
Demikian pula dengan teknologi rekayasa genetika telah diproduksi gula dengan derajat kemanisan beribu kali dari gula biasanya, maka dikekhawatirkan musnahnya tanaman penghasil gula.
Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO terhadap sosial bersifat religi, bagi umat Islam penggunaan gen yang ditransplantasikan ke produk makanan maka akan menimbulkan kekhawatiran bagi warga Muslim. Penggunaan gen hewan pada bahan makanan hasil rekayasa genetika yang akan dikonsumsi merupakan kekhawatiran bagi mereka yang vegetarian.
***
Kasus Ajinomoto di Indonesia di awal tahun 2001, penyedap rasa Ajinomoto diduga menggunakan unsur babi di dalam memroses pembuatan salah satu enzimnya. Pembuatan enzim ini dapat menggunakan teknologi rekayasa genetika menggunakan gen. Seluruh produk Ajinomoto yang diduga menggunakan unsur babi di dalam proses pembuatan enzimnya ditarik dari peredaran.
Demikian pula kekhawatiran penanaman kapas Bt di Provinsi Sulawesi Selatan dapat meningkatkan produksi tiga kali lipat, tetapi bila subsidi supplier ditarik apakah tetap efisien? Kekhawatiran akan musnahnya komoditas bersaing apabila minyak kanola diproduksi dengan rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi minyak goreng beratus kali lipat maka akan punah penanaman tanaman penghasil minyak goreng lainnya seperti kelapa dan kelapa sawit.
Demikian pula dengan teknologi rekayasa genetika telah diproduksi gula dengan derajat kemanisan beribu kali dari gula biasanya, maka dikekhawatirkan musnahnya tanaman penghasil gula.
Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO terhadap sosial bersifat religi, bagi umat Islam penggunaan gen yang ditransplantasikan ke produk makanan maka akan menimbulkan kekhawatiran bagi warga Muslim. Penggunaan gen hewan pada bahan makanan hasil rekayasa genetika yang akan dikonsumsi merupakan kekhawatiran bagi mereka yang vegetarian.
***
Kasus Ajinomoto di Indonesia di awal tahun 2001, penyedap rasa Ajinomoto diduga menggunakan unsur babi di dalam memroses pembuatan salah satu enzimnya. Pembuatan enzim ini dapat menggunakan teknologi rekayasa genetika menggunakan gen. Seluruh produk Ajinomoto yang diduga menggunakan unsur babi di dalam proses pembuatan enzimnya ditarik dari peredaran.
Kloning manusia seutuhnya merupakan
kekhawatiran umat manusia yang akan memusnahkan nilai-nilai kemanusiaan. Gen
hewan disilangkan dengan gen manusia yang akan memberikan turunan sebagai
hewan, yang jelas-jelas menurunkan nilai-nilai kemanusiaan.
Kekhawatiran munculnya dampak
negatif penggunaan GMO di Indonesia, Indonesia telah mengimpor berbagai
komoditas yang diduga sebagai hasil dari rekayasa genetika maupun yang tercemar
dengan GMO, berasal dari negara-negara yang telah menggunakan teknologi
rekayasa genetika. Mulai dari tanaman, bahan pangan dan pakan, obat-obatan,
hormon, bunga, perkayuan, hasil perkebunan, hasil peternakan dan sebagainya
diduga mengandung GMO atau tercemar GMO.
Kebiasaan akan mendorong kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan hasil rekayasa genetika
Kebiasaan akan mendorong kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan hasil rekayasa genetika
Gangguan terhadap lingkungan
Pola tanam produk pertanian di Indonesia areal kecil dikelilingi oleh berbagai gulma, dengan adanya sifat cross-polination dari GMO maka dikhawatirkan akan bermunculan gulma baru yang lebih resisten.
Tanpa membakar sisa tanaman GMO akan memusnahkan jasad renik dalam tanah bekas penanaman tanaman GMO akibat sifat dari sisa GMO yang bersifat toksis. Jangka panjang akan merubah struktur dan tekstur tanah.
Sifat tanaman GMO yang dapat membunuh larva kupu-kupu, akan memberikan kekhawatiran punahnya kupu-kupu di Sulawesi Selatan. Seperti diketahui Sulawesi Selatan termasyhur dengan kupu-kupunya.
Gangguan terhadap kesehatan.
Satu-satunya gangguan kesehatan akibat penggunaan hasil rekayasa genetika ialah reaksi alergis yang sudah dapat dibuktikan. Kebiasaan mengonsumsi daging, di Indonesia memiliki kekhususan tersendiri dalam pola konsumsi daging, tidak ada bagian tubuh sapi yang tidak dikonsumsi. Apabila sapi disuntik dengan bovinesomatotropin, mengakibatkan kadar IGF I meningkat sangat tinggi dalam darah dan hati. Bagi daerah yang menggunakan darah sebagai bahan pangan demikian pula mengonsumsi hati (Indonesia mengimpor hati sejumlah lima juta kg dari negara-negara yang menggunakan GMO) memberikan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO.
Kebiasaan di Indonesia mengonsumsi lalapan, mulai dari kol, kacang panjang, terong, kemangi, dan sebagainya apabila berasal dari tanaman transgenik maka dikhawatirkan memunculkan dampak negatif seperti larva kupu-kupu.
Kebiasaan di Indonesia menggunakan tauge mentah, kemungkinan dipergunakan kedele impor yang diduga kedele transgenik, maka dikhawatirkan munculnya dampak negatif seperti percobaan Arfad Putzai.
Kebiasaan pakan ternak, dari gulma, sisa-sisa dari hasil pertanian apabila berasal dari areal penanaman transgenik kemungkinan telah mengandung transgenik akan memberikan kekhawatiran seperti percobaan Arfad Putzai.
Satu-satunya gangguan kesehatan akibat penggunaan hasil rekayasa genetika ialah reaksi alergis yang sudah dapat dibuktikan. Kebiasaan mengonsumsi daging, di Indonesia memiliki kekhususan tersendiri dalam pola konsumsi daging, tidak ada bagian tubuh sapi yang tidak dikonsumsi. Apabila sapi disuntik dengan bovinesomatotropin, mengakibatkan kadar IGF I meningkat sangat tinggi dalam darah dan hati. Bagi daerah yang menggunakan darah sebagai bahan pangan demikian pula mengonsumsi hati (Indonesia mengimpor hati sejumlah lima juta kg dari negara-negara yang menggunakan GMO) memberikan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO.
Kebiasaan di Indonesia mengonsumsi lalapan, mulai dari kol, kacang panjang, terong, kemangi, dan sebagainya apabila berasal dari tanaman transgenik maka dikhawatirkan memunculkan dampak negatif seperti larva kupu-kupu.
Kebiasaan di Indonesia menggunakan tauge mentah, kemungkinan dipergunakan kedele impor yang diduga kedele transgenik, maka dikhawatirkan munculnya dampak negatif seperti percobaan Arfad Putzai.
Kebiasaan pakan ternak, dari gulma, sisa-sisa dari hasil pertanian apabila berasal dari areal penanaman transgenik kemungkinan telah mengandung transgenik akan memberikan kekhawatiran seperti percobaan Arfad Putzai.
Pakan ternak Indonesia didominasi
bahan impor, baik bungkil kedele maupun jagung berasal dari negara-negara
menggunakan GMO sehingga diduga mengandung bahan GMO. Penyakit ayam kuntet
telah dijumpai di Indonesia, dikhawatirkan akibat dari penggunaan jagung dan
kedelai transgenik seperti percobaan Arfad Putzai.
Gangguan terhadap religi dan etika.
Penggunaan obat insulin yang
diproduksi dari transplantasi sel pancreas babi ke sel bakteri, serta xenotransplatation
yang menggunakan katup jantung babi ditransplantasikan ke jantung manusia
memberikan kekhawatiran terhadap mereka yang beragama Islam.
Indonesia telah mengimpor kedelai dua juta ton dan jagung 1,2 juta ton serta berbagai komoditas lainnya pada tahun 2000 yang diduga mengandung GMO, sehingga sudah dapat dipastikan Indonesia telah mengonsumsi hasil rekayasa genetika. Tetapi, hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya dampak negatif dari penggunaan GMO. Jangankan mendeteksi dampak negatif penggunaan GMO, mendeteksi apakah komoditas yang diimpor mengandung GMO saja belum pernah dilakukan di Indonesia. Justru untuk itulah kami memberanikan diri mengemukakan dugaan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan dari produk rekayasa genetika di Indonesia
dr drh Mangku Sitepoe Mantan Staf Dirjen Peternakan Bagian Pakan Konsentrat
Indonesia telah mengimpor kedelai dua juta ton dan jagung 1,2 juta ton serta berbagai komoditas lainnya pada tahun 2000 yang diduga mengandung GMO, sehingga sudah dapat dipastikan Indonesia telah mengonsumsi hasil rekayasa genetika. Tetapi, hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya dampak negatif dari penggunaan GMO. Jangankan mendeteksi dampak negatif penggunaan GMO, mendeteksi apakah komoditas yang diimpor mengandung GMO saja belum pernah dilakukan di Indonesia. Justru untuk itulah kami memberanikan diri mengemukakan dugaan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan dari produk rekayasa genetika di Indonesia
dr drh Mangku Sitepoe Mantan Staf Dirjen Peternakan Bagian Pakan Konsentrat
Catatan : Soal kematian Dolly, si
kambing lahir sebagai rekayasa genetik menarik. Dari sumber lain didapat juga
informasi bahwa usia dolly yang lahir itu, sama dengan usia dari sel
sebenarnya. Jadi, meski baru terlahir, dia sesungguhnya sudah tua. Rekayasa
genetik juga menarik, bahwa sistem informasi dari dalam satu sel bersifat
holografis. Maksudnya memberikan informasi terhadap keseluruhan dari wujud
keseluruhannya. Sepotong sel daun, memberikan informasi lengkap tentang pohon
itu sendiri. Ini fakta pengetahuan yang menarik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar