Sabtu, 05 Mei 2012
I. PENDAHULUAN
Perkembangan
areal tanaman kopi rakyat yang cukup pesat di Indonesia, perlu didukung dengan
kesiapan sarana dan metoda pengolahan yang cocok untuk kondisi petani sehingga
mereka mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan
oleh Standar Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang pasti, diikuti dengan
ketersediaannya dalam jumlah yang cukup dan pasokan yang tepat waktu serta
berkelanjutan merupakan beberapa prasyarat yang dibutuhkan agar biji kopi
rakyat dapat dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan.
Untuk
memenuhi prasyarat di atas, pengolahan kopi rakyat harus dilakukan dengan tepat
waktu, tepat cara dan tepat jumlah. Buah kopi hasil panen, seperti halnya
produk pertanian yang lain, perlu segera diolah menjadi bentuk akhir yang
stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu. Kriteria mutu biji
kopi yang meliputi aspek fisik, citarasa dan kebersihan serta aspek keseragaman
dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses
produksinya. Oleh karena itu, tahapan proses dan spesifikasi peralatan pengolahan
kopi yang menjamin kepastian mutu harus didefinisikan secara jelas. Demikian
juga, perubahan mutu yang terjadi pada setiap tahapan proses perlu dimonitor
secara rutin supaya pada saat terjadi penyimpangan dapat dikoreksi secara cepat
dan tepat. Sebagai langkah akhir, upaya perbaikan mutu akan mendapatkan hasil
yang optimal jika disertai dengan mekanisme tata niaga kopi rakyat yang
berorientasi pada mutu.
Untuk mendukung era agroindustri di masa datang, sudah saatnya
upaya perbaikan mutu biji kopi dilakukan secara terintegrasi dengan
pengembangan industri sekundernya. Dari total produksi biji kopi nasional yang
mencapai 600.000 ton per tahun, hanya 20% yang diolah dan dipasarkan dalam
bentuk sekundernya antara lain kopi sangrai, kopi bubuk, kopi cepat saji dan
beberapa produk turunan lainnya. Padahal, pengembangan produk yang demikian
dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, membuka peluang pasar dan
menyerap tenaga kerja di pedesaan.
II. PENGOLAHAN BIJI KOPI
PENGOLAHAN BIJI KOPI PRIMER
A.
Proses Panen
Pemanenan kopi , jika usianya sudah produktif, harus dilakukan
secara benar dan proses pasca panen harus juga mengikuti standar yang baik,
sehingga kopi yang dihasilkan tetap punya kualitas tersendiri.
Tanaman kopi yang terawat dengan baik dapat mulai berproduksi pada
umur 2,5 - 3 tahun tergantung dari lingkungan dan jenisnya. Tanaman kopi
robusta dapat berproduksi mulai dari 2,5 tahun, sedangkan arabika pada umur 2,5
- 3 tahun.
Jumlah kopi yang dipetik pada panen pertama relatif masih sedikit
dan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai mencapai
puncaknya pada umur 7 - 9 tahun. Pada umur puncak tersebut produksi kopi dapat
mencapai 9 - 15 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi robusta dan 5 - 7
kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi arabika. Namun demikian, bila tanaman kopi
dipelihara secara intensif dapat mencapai hasil 20 kuintal kopi beras/ha/tahun.
1. Pemanenan buah kopi
dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak. Ukuran
kematangan buah ditandai oleh perubahan
warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda,
berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan
menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
2. Buah kopi yang masak
mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang
relatif tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging buah muda sedikit
keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula masih belum
terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak
cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai
secara alami akibat proses respirasi.
3. Tanaman kopi tidak
berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan :
a. Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah
masak.
b. Pemetikan setengah
selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
c. Secara lelesan dilakukan
terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan.
d. Secara
racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau,
biasanya pada pemanenan akhir.
B.
Proses Sortasi
Buah kopi masak hasil panen disortasi secara teliti untuk memisahkan buah
yang superior [masak, bernas dan seragam] dari buah inferior [cacat, hitam,
pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit]. Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan
kerikil harus dibuang karena benda-benda tersebut dapat merusak mesin pengupas.
Cara sortasi ini dilakukan langsung di kebun sesudah panen selesai.
Buah kopi
segar hasil sortasi sebaiknya langsung diolah untuk mendapatkan hasil yang
optimal, baik dari segi mutu [terutama citarasa] maupun kemudahan proses
berikutnya. Buah kopi yang tersimpan di dalam karung plastik atau sak selama
lebih dari 36 jam akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji
kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk [stink]. Demikian juga, penampilan
fisik bijinya juga menjadi agak kusam.
C. Proses Pengolahan
1. Pengupasan kulit buah
Pengupasan
kulit buah menggunakan mesin pengupas [pulper] tipe silinder. Dimana pengupasan
kulit buah berlangsung di dalam celah di antara permukaan silinder yang
berputar [rotor] dan permukaan pisau yang diam [stator]. Pengupasan buah kopi
umumnya dilakukan dengan menyemprotkan air ke dalam silinder bersama dengan
buah yang akan dikupas. Jika mengikuti proses pengolahan basah secara penuh,
konsumsi air dapat mencapai 7 - 9 m3 per ton buah kopi yang diolah. Untuk proses semi-basah, konsumsi air
sebaiknya tidak lebih dari 3 m3 per ton buah. Aliran air berfungsi untuk
membantu mekanisme pengaliran buah kopi di dalam silinder dan sekaligus
membersihkan lapisan lendir. Lapisan air juga berfungsi untuk mengurangi
tekanan geseran silinder terhadap buah kopi sehingga kulit tanduknya tidak
pecah.
Kinerja
mesin pengupas sangat tergantung pada kemasakan buah, keseragaman ukuran buah,
jumlah air proses dan celah [gap] antara rotor dan stator. Mesin akan berfungsi
dengan baik jika buah yang dikupas sudah cukup masak karena kulit dan daging
buahnya lunak dan mudah terkelupas. Sebaliknya, buah muda relatif sulit
dikupas. Buah kopi Robusta relatif lebih sulit dikupas dari pada kopi Arabika
karena kulit buahnya lebih keras dan kandungan lendirnya lebih sedikit. Untuk
mendapatkan hasil kupasan yang sama, proses pengupasan kopi Robusta harus
dilakukan berulang dengan jumlah air yang lebih banyak.
2. Fermentasi
Proses
fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika dan tidak
banyak dipraktekkan untuk pengolahan kopi Robusta terutama untuk kebun rakyat.
Tujuan proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa di
permukaan kulit tanduk biji kopi setelah proses pengupasan. Pada kopi Arabika,
fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan mendorong
terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhannya.
Prinsip fermentasi adalah peruraian senyawa-senyawa yang
terkandung di dalam lapisan lendir oleh mikroba alami dan dibantu dengan
oksigen dari udara. Proses fermentasi dapat dilakukan secara basah [merendam biji
kopi di dalam genangan air] dan secara kering [tanpa rendaman air].
Akhir fermentasi ditandai dengan
mengelupasnya lapisan lendir yang menyelimuti kulit tanduk. Lama fermentasi
bervariasi tergantung pada jenis kopi, suhu dan kelembaban lingkungan serta
ketebalan tumpukan biji kopi di dalam bak. Tingkat kesempurnaan fermentasi
diukur secara visual dari kenampakan lapisan lendir di permukaan kulit tanduk
atau dengan mengusap lapisan lendir dengan jari. Jika lendir tidak lengket,
maka fermentasi diperkirakan sudah selesai. Umumnya, waktu fermentasi biji kopi
Arabika berkisar antara 12 sampai 36 jam tergantung permintaan konsumen, sedang
waktu fermentasi kopi Robusta lebih pendek.
3.
Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan
sisa lendir hasil fermentasi yang masih menempel di kulit tanduk. Untuk
kapasitas kecil, pencucian dapat dikerjakan secara manual di dalam bak atau
ember, sedang untuk kapasitas besar perlu dibantu dengan mesin. Ada dua jenis mesin
pencuci yaitu tipe batch dan tipe kontinyu.
Mesin pencuci tipe batch mempunyai wadah
pencucian berbentuk silinder horisontal segi enam yang di putar. Mesin ini
dirancang untuk kapasitas kecil dan konsumsi air pencuci yang terbatas. Biji
kopi dimasukkan ke dalam silinder lewat corong dan kemudian direndam dengan
sejumlah air. Silinder
ditutup rapat dan diputar dengan motor bakar [5 PK] selama 2 – 3 menit. Motor
dimatikan, tutup silinder dibuka dan air yang telah kotor dibuang. Proses ini
diulang 2 sampai 3 kali tergantung pada kebutuhan atau mutu biji kopi yang
diinginkan.
Mesin pencuci kontinyu mempunyai kapasitas yang relatif
besar, Kebutuhan air pencuci berkisar antara 5 – 6 m3 per ton biji kopi. Mesin
pencuci ini terdiri atas silinder berlubang horisontal dan sirip pencuci
berputar pada poros silinder. biji kopi dimasukkan ke dalam corong silinder
secara kontinyu dan disertai dengan semprotan aliran air ke dalam silinder.
Sirip pencuci yang diputar dengan motor bakar mengangkat massa biji kopi ke
permukaan silinder. Sambil bergerak, sisa-sisa lendir pada permukaan kulit tanduk akan terlepas
dan tercuci oleh aliran air. Kotoran-kotoran akan menerobos lewat lubang-lubang
yang tersedia pada dinding silinder, sedang massa biji kopi yang sudah bersih
terdorong oleh sirip pencuci ke arah ujung pengeluaran silinder.
4.Pengeringan
4.1 pengeringan penjemuran
Penjemuran
merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk pengeringan biji kopi. Jika
cuaca memungkinkan, proses pengeringan sebaiknya dipilih dengan cara penjemuran
penuh [full sun drying]. Secara teknis cara penjemuran akan memberikan hasil
yang baik jika syarat-syarat berikut dapat dipenuhi, yaitu :
- Sinar matahari mempunyai intensitas yang cukup dan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
- Lantai jemur dibuat dari bahan yang mempunyai sifat menyerap panas.
- Tebal tumpukan biji kopi di lantai jemur harus optimal.
- Pembalikan yang cukup
- Biji kopi berasal dari buah kopi yang masak.
- Penyerapan ulang air dari permukaan lantai jemur harus dicegah.
Penjemuran sebaiknya menggunakan model
para-para [meja pengering] atau lantai semen. Model para-para menggunakan
lantai jemur dari papan kayu, anyaman bambu atau kawat ayakan dan disangga
dengan kaki-kaki lebih kurang 0,50 m dari permukaan tanah. Jika diperlukan,
meja pengering dapat diberi penutup dari kain terpal atau plastik tembus sinar
[transparan]. Model para-para mempunyai beberapa keunggulan antara lain dalam
hal :
- Penuntasan air permukaan dari kulit tanduk berjalan lebih sempurna.
- aliran udara lingkungan di bagian bawah meja akan membantu proses pengeringan.
- rambatan [difusi] air tanah ke dalam tumpukan biji dapat dihindari.
- kontaminasi bahan-bahan non-kopi dapat diperkecil.
Berbeda
dengan model para-para, model penjemuran dengan lantai semen atau kongkret
mempunyai hamparan penjemuran langsung di atas permukaan tanah. Profil lantai hamparan dibuat miring lebih kurang 5 - 7o dengan
sudut pertemuan di bagian tengah lantai. Pinggiran lantai dilengkapi dengan
saluran pembuangan air dan tiang-tiang penyangga untuk mengkaitkan plastik petutup
[terpal]. Saat hari hujan, hamparan buah kopi digunungkan [heaping] di bagian
tengah lantai dan ditutup dengan terpal.
Baik menggunakan model para-para maupun
lantai semen, ketebalan hamparan biji kopi di atas lantai jemur sebaiknya
antara 2 - 5 lapisan biji atau 8 - 12 kg per m2. Namun, nilai ini bisa
bervariasi tergantung pada kondisi cuaca dan frekuensi pembalikan hamparan
bijinya. Pada saat masih kondisi basah, pembalikan biji kopi dilakukan secara
lebih intensif, yaitu setiap 1 jam sekali agar laju pengeringan lebih cepat dan
merata. Pada areal kopi Arabika yang umumnya di dataran tinggi, kondisi cuaca
tidak selalu mendukung untuk proses penjemuran secara optimal. Untuk mencapai
kisaran kadar air antara 15 - 17 %, waktu penjemuran dapat berlangsung sampai 2
minggu.
4.2 Pengeringan mekanis
Jika cuaca memungkinkan dan fasilitas
memenuhi syarat, penjemuran merupakan cara pengeringan kopi yang sangat
menguntungkan baik secara teknis, ekonomis maupun mutu hasil. Namun, di
beberapa sentra penghasil kopi kondisi yang demikian sering tidak dapat
dipenuhi. Oleh karena itu, proses pengeringan bisa dilakukan dalam dua tahap,
yaitu penjemuran untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai 20 – 25 % dan
kemudian dilanjutkan dengan pengering mekanis. Kontinuitas sumber panas untuk
proses pengeringan dapat lebih dijamin [siang dan malam] sehingga buah atau biji
kopi dapat langsung dikeringkan dari kadar air awal 60 – 65 % sampai kadar air
12 % dalam waktu yang lebih terkontrol.
Pengering mekanis mempunyai fleksibilitas
pengoperasian yang tinggi dan mempunyai kapasitas pengeringan yang besar
karena sumber panasnya tidak tergantung pada cuaca. Jenis sumber panas
pengering mekanis disesuaikan dengan ketersediaaan bahan bakar di sekitar kebun
kopi seperti kayu bakar atau minyak tanah [Sri Mulato, 1994]. Selain itu,
pengering mekanis dilengkapi dengan kipas untuk mengalirkan udara pengering
sehingga proses penguapan air dari biji kopi dapat diatur sesuai kebutuhan.
Pengering mekanis juga dapat digunakan untuk mengeringkan biji atau buah kopi mulai
dari kadar air awal 60 – 65 %, terutama jika memang cuaca tidak memungkinkan
untuk melakukan penjemuran Dengan mengoperasikan pengering mekanis secara terus
menerus [siang dan malam], maka kadar air 12% dapat dicapai selama 48 – 54 jam.
Tujuan dari
proses ini adalah untuk melepaskan kulit ari dari permukaan biji [huidig]. Jika
pengeringan suhu tinggi ini terlalu lama, maka warna permukaan biji kopi cenderung
menjadi kecoklatan.
5. Sortasi
Biji kopi yang
sudah berbentuk seperti beras harus disortasi secara fisik atas dasar ukuran
dan cacat bijinya. Kotoran-kotoran non kopi seperti serpihan daun, kayu atau
kulit kopi, harus juga dipisahkan. Sortasi ukuran dilakukan dengan ayakan
mekanis tipe silinder berputar atau tipe getar.Mesin sortasi mempunyai tiga
saringan dengan ukuran lubang 5,50; 6,50 dan 7,50 mm. Untuk mesin sortasi tipe getar, ketiga ayakan
disusun bertingkat, sedang tipe silinder putar ketiganya dipasang secara
berurutan [seri]. Masing-masing tingkat atau seri ayakan dilengkapi dengan
kanal untuk mengeluarkan [outlet] biji dengan ukuran yang sesuai dengan lubang
ayakannya. Biji hasil sortasi atas dasar kelompok ukuran kemudian dikemas di
dalam karung goni.
6. Penggudangan
Penggudangan
bertujuan untuk menyimpan biji kopi beras yang telah disortasi dalam kondisi
yang aman sebelum di pasarkan ke konsumen. Beberapa faktor penting pada
penyimpanan biji kopi adalah kadar air, kelembaban relatif udara dan kebersihan
gudang [Hensen et al., 1973; Hall, 1970; Klett, 1987]. Kadar air kesetimbangan biji
kopi pada kelembaban relatif udara 70% adalah 12% [Sievetz and Foote, 1973;
Oskari, 1997]. Kadar air biji kopi akan naik selama disimpan di dalam gudang
yang lembab [kelembaban relatif udara > 95%]. Untuk itu, gudang penyimpanan biji
kopi di daerah tropis sebaiknya dilengkapi dengan sistem penyinaran dan
sirkulasi udara dalam jumlah yang cukup.
Karung-karung
ditumpuk dengan rapi di atas papan kayu [palet] agar tidak langsung
bersinggungan dengan permukaan lantai. Kapasitas penggudangan biji kopi lebih
kurang 600 kg biji kopi per m2 luas lantai gudang. Tumpukan karung dekat
dinding dijaga 10 – 20 cm dari dinding gudang. Serapan air dari udara,
permukaan lantai dan dinding akan memberi peluang serangan jamur dan merupakan
penyebab penurunan mutu yang serius. Jamur merupakan cacat mutu yang tidak
dapat diterima oleh konsumen karena menyangkut rasa dan kesehatan termasuk
beberapa jenis jamur penghasil okhratoksin. Sanitasi atau kebersihan yang
kurang baik menyebabkan hama gudang seperti serangga atau tikus akan cepat
berkembang dan pada akhirnya akan merusak biji kopi sebagai makanan.
PENGOLAHAN BIJI KOPI SEKUNDER (KOPI BUBUK)
1. Penyangraian
Proses
penyangraian merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dengan
perlakuan panas dan kunci dari proses produksi kopi bubuk. Proses sangrai
menggunakan mesin sangrai tipe silinder berputar. Silinder sangrai dapat
digerakkan dengan motor listrik atau motor bakar, sedang sebagai sumber panas
adalah kompor minyak tanah atau gas. Kapasitas antara 10 sampai 40 kg per batch
tergantung ukuran diameter silindernya.
Proses sangrai diawali dengan
penguapan air yang ada di dalam biji kopi dengan memanfaatkan panas yang
tersedia dari kompor dan kemudian diikuti dengan reaksi pirolisis. Reaksi ini
merupakan reaksi dekomposisi senyawa hidrokarbon antara lain karbohidrat,
hemiselulosa dan selulosa yang ada di dalam biji kopi. Reaksi ini umumnya terjadi setelah suhu
sangrai di atas 180 oC. Secara kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas
CO2 dalam jumlah banyak dari ruang sangrai berwarna putih. Sedang secara fisik,
pirolisis ditandai dengan perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan
menjadi kecoklatan. Kisaran suhu sangrai yang umum adalah sebagai berikut,
- Suhu 190 –195 oC untuk tingkat sangrai ringan [warna coklat muda],
- Suhu 200 - 205 oC untuk tingkat sangrai medium [warna coklat agak gelap]
- Suhu di atas 205 oC untuk tingkat sangrai gelap [warna coklat tua cenderung agak hitam].
Waktu penyangraian bervariasi mulai dari 7
sampai 20 menit tergantung pada kadar air biji kopi berasanya dan mutu kopi bubuk
yang dikehendaki. Salah satu tolok ukur proses penyangraian adalah derajad
sangrai yang dilihat dari perubahan warna biji kopi yang sedang disangrai.
Proses sangrai dihentikan pada saat warna sampel biji kopi sangrai yang diambil
dari dalam silinder sudah mendekati warna sampel standar.
Sesudah proses penyangraian selesai, biji
kopi hasil sangrai dimasukkan ke dalam bak pendingin. agar proses sangrai tidak
berlanjut. Selama pendinginan, biji kopi sangrai diaduk agar proses sangrai
menjadi rata dan tidak berlanjut [over roasted]. Untuk bak pendingin yang
dilengkapi dengan kipas mekanis, sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi saat
proses sangrai akan terhisap sehingga biji kopi sangrai lebih bersih.
2.Penghalusan
Biji kopi sangrai
dihaluskan dengan alat penghalus [grinder] sampai diperoleh butiran kopi bubuk
dengan kehalusan tertentu agar mudah diseduh dan memberikan sensasi rasa dan
roma yang lebih optimal. Mesin penghalus menggunakan tipe Burr-mill
Mesin ini
mempunyai dua buah piringan [terbuat baja], yang satu berputar [rotor] dan yang
lainnya diam [stator]. Mekanisme penghalusan terjadi dengan adanya gaya geseran
antara permukaan biji kopi sangrai dengan permukaan piringan dan sesama biji kopi
sangrai. Kopi bubuk ukuran halus diperoleh dari ayakan dengan ukuran lubang 200
Mesh, sedangkan untuk ukuran bubuk medium digunakan ayakan 120 mesh. Jika
dipasang ayakan 200 Mesh, sebagian besar [79 %] kopi bubuk akan mempunyai
ukuran antara 0,90 - 1,0 mm. Kapasitas mesin penghalus antara 10 – 60 kg per
jam tergantung pada diameter piringan penghalusnya.Proses gesekan yang sangat
intensif akan menyebabkan timbul panas di bagian silindernya dan akan
menyebabkan aroma kopi bubuk berkurang. Untuk menghindari tersebut, maka mesin
penghalus sebaiknya dihentikan dan didinginkan sejenak saat suhu kopi bubuk di
dalam bak penampung meningkat secara tidak wajar.
3. Pengemasan
Tujuan
pengemasan adalah untuk mempertahankan aroma dan citarasa kopi bubuk selama
distribusikan ke konsumen dan selama dijajakan di toko, di pasar tradisional
dan di pasar swalayan. Demikian halnya selama disimpan oleh pemakai. Jika tidak
dikemas secara baik, kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk akan berkurang
secara signifikan setelah satu atau dua minggu. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap keawetan kopi bubuk selama dikemas adalah kondisi
penyimpanan [suhu lingkungan], tingkat sangrai, kadar air kopi bubuk, kehalusan
bubuk dan kandungan oksigen di dalam kemasan. Air di dalam kemasan akan
menghidrolisa senyawa kimia yang ada di dalam kopi bubuk dan menyebabkan bau
apek [stale], sedang oksigen akan mengurangi aroma dan citarasa kopi melalui
proses oksidasi. Bahan pengemas yang baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut,
- Daya transmisi rendah terhadap uap air
- Daya penetrasi rendah terhadap oksigen
- Sifat permeable rendah terhadap aroma dan bau
- Sifat permeable terhadap gas CO2
- Daya tahan yang tinggi terhadap minyak dan sejenisnya
- Daya tahan yang tinggi terhadap goresan dan sobekan
- Mudah dan murah diperoleh.
Selain
keawetan, kemasan juga harus dapat menarik minat pembeli kopi bubuk melalui
rancangan gambar, warna dan tulisan yang ada diluarnya. Tampilan yang paling
baik adalah dengan model cetak [hot printing]. Sedang untuk menutup lubang
kemasan, dapat digunakan alat pengempa panas tipe manual Jika diinginkan usia
simpan kopi bubuk yang lebih lama, oksigen di dalam kemasan dapat dikurangi ke
tingkat yang paling rendah [< 1 %] atau jika mungkin nol persen dengan
pengemas vakum [hampa].
III. ANALISIS KELAYAKAN USAHA
Analisis kelayakan usaha
atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh
mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usahaAnalisis
kelayakan usaha mencakup beberapa aspek
antara lain: aspek pasar, aspek lingkungan, aspek pengolahan atau proses
pembuatan.
1. Aspek Pasar
Pada umumnya aspek pemasaran meliputi kegiatan-kegiatan
yang dikenal dengan 4P (Product, Price, Promotion, Place), kegiatan pemasaran
ini juga seringkali disebut bauran pemasaran (marketing mix). Salah satu bauran
pemasaran yang terpenting adalah Produk. Dimana dalam produk terdapat tingkatan
(klasifikasi) produk dan atribut pruduk
Klasifikasi
Produk
1. Produk Utama (Core Benefit): Adalah manfaat yang
sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pembeli dari setiap produk.
2. Produk
Generik (Generic Product): Adalah produk dasar yang mampu memenuhi secara fungsional
(minimal agar berfungsi) produk.
3. Produk
Harapan (Expected Product): Adalah produk formal yang ditawarkan dengan
berbagai atribut dankondisinya yang secara normal (layak) diharapkan dan
disepakati dibeli.
4. Produk
Pelengkap (Augmented Product): Adalah berbagai atribut produk yang dilengkapi
atau ditambahkan berbagai manfaat sehingga memberikan tambahan kepuasan
dan mampu dibedakan dengan produk pesaing.
5. Produk Potensial (Potential Product): Adalah kondisi
produk yang mempunyai peluang dan dipersiapkan untuk dikembangkan di masa
depan.
Atribut Produk
Atribut produk meliputi
merk dan pembungkusan.
2. Aspek Pengolahan atau Proses pembuatan
Untuk
mendapatkan mutu biji kopi yang memenuhi standar, seragam dan konsisten, setiap
tahapan pengolahan harus diawasi secara teratur dan berkelanjutan sehingga pada
saat terjadi penyimpangan, suatu tindakan koreksi yang tepat sasaran dapat
segera dilakukan. Tabel 1 menunjukkan jenis pengawasan proses [proses kontrol]
dan kontrol mutu yang harus dimonitor padapengolahan biji kopi.
Tabel 1. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan
biji kopi
3. Aspek Lingkungan
Dalam aspek ini hal yang perlu diperhatikan antara lain
pengadaan bibit yang harus menggunakan bibit bersetifikat, terutama apabila
proyek membutuhkan bibit dalam jumlah besar dan faktor-faktor lingkungan.
Faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat tumbuh, curah hujan, sinar
matahari, angin dan tanah.
IV. KESIMPULAN
Buah kopi hasil panen,
seperti halnya produk pertanian yang lain, perlu segera diolah menjadi bentuk
akhir yang stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu dan
mudah digunakan. Dimana cara pengolahan buah kopi sampai menjadi produk akhir mengalami
2 macam pengolahan. secara primer dan sekunder.
1. Pengolahan secara Primer
Tahapan pengolahan
kopi secara semi-basah [kiri] dan secara kering
[kanan].
2.
Pengolahan secara Sekunder
KOPI
BERAS
Penyangraian
Penghalusan/penggilingan
Pengemasan
DAFTAR PUSTAKA
Aspek
Produksi. 2009. http://www.bi.go.id
Panen
Kopi dan Penanganan Pasca Panen. 2009.http://andbrother.blogspot.com
Proses Pengolahan Kopi. 2009. http://www.aped-project.org
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar