Minggu, 06 Mei 2012
LATAR BELAKANG
Rachel Carson (1962) pengarang buku
‘The Silent Spring’ (Musim Bunga) adalah orang yang pertama mengungkapkan
tentang dampak negative “dichloro diphenil trichlroothame” (DDT). DDT
adalah bahan aktif yang terkandung dalam pestisida kimia. Senyawa ini ditemukan
di Jerman pada tahun 1875 dan masuk ke Indonesia pada tahun 1950-an. Pemakaian pestisida kimia paling gencar
dilakukan oleh petani Indonesia awal tahun 1970 yaitu pada saat di mulainya
gerakan revolusi hijau.
Revolusi
hijau yaitu suatu sistem pertanian intensif (input luar tinggi) yang selama ini
diterapkan oleh sebagian besar petani di Indonesia harus di akui telah dapat
peningkatan produksi pertanian dan bahkan dengan sistem ini Indonesia telah
pernah mencapai swa sembada pangan. Akan tetapi disamping keberhasilan
tersebut, harus diakui pula bahwa ‘revolusi hijau’ telah memberi dampak yang
luar biasa terhadap lingkungan tanah, air, dan makhluk hidup termasuk manusia.
Revolusi hijau dengan cirri-ciri berupa penggunaan benih hasil rekayasa
genetik, pemakaian pupuk dan pestisida kimia. Ketiga komponen ini ternyata dapat memberi
pengaruh yang buruk terhadap lingkungan biotic dan abiotik, serta bagi produsen
dan konsumen produk-produk pertanian.
Adapun pengaruh buruk tersebut adalah :
- Ketergantungan.
- Pengaruh terhadap kesehatan
- Pengaruh terhadap lingkungan tanah, air dan udara.
a. Ketergantungan
Disadari atau tidak bahwa pemakai
input tinggi pada usahatani berupa saprodi yang terdiri dari benih unggul,
pupuk dan pestisida/hibrida kimia telah membuat ketergantungan luar biasa bagi
tani. Pada situasi ini petani seolah-olah tidak bedaya menjalankan usaha
taninya tanpa ada tersedianya saprodi tersebut.
Beberapa kearifan lokal (varietas dan budaya setempat ) menjadi punah.
Petani sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya pasokan dari luar.
Demikian juga penggunaan pupuk dan
pestisida kimia telah menyebabkan hilangnya motivasi dan kemampuan petani dalam
penggunaan dan pembuatan pupuk atau pestisida alami, yang seterusnya tingkat
ketergantungan semakin parah. Ketergantungan terhadap input luar yang tinggi
ini juga telah menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi yang harus
dikeluarkan oleh petani sebagai akibat tingginya harga benih unggul, pupuk dan
pestisida (herbisida kimia).
b. Pengaruh
Terhadap Kesehatan
Telah di ketahui bahwa adanya
pengaruh buruk pestisida terhadap pencetus timbulnya kanker, gangguan ginjal,
liver, tingkat kesuburan dan kesehatan reproduksi, gangguan paru-paru serta
sistem kekebalan tubuh. Bahan kimia yang
terkandung dalah pestisida/herbisida masuk ke dalam tubuh manusia melalui
hidung, mulut, dan kulit, yang selanjutnya akan berada dalam sistem tubuh
manusia. Masuknya senyawa-senyawa berbahaya kedalam tubuh manusia dapat terjadi
pada saat aplikasi pestisida atau melalui produk-produk pertanian yang memiliki
residu kimia berasal dari pestisida. Di
laporkan oleh WHO bahwa 14.000 orang meninggal dunia dan 750.000 keracunan
insektisida setiap tahun. Versi lain
menyebutkan bahwa setiap tahun terjadi lebih 400.000 kasus keracunan dan 1,5%
diantaranya fatal.
c. Pengaruh Terhadap Lingkungan
Tanah dan Air.
Beberapa
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemakaian pupuk dan pestisida/herbisida
kimia terhadap lingkungan adalah terjadinya degradasi tanah, polusi air dan
udara, serta rusaknya ekosistem fauna dan flora. Pemakaian pupuk an-organik dilaporkan telah
menyebabkan terjadinya pengerasan tanah (bantat) terutama karena pemakaian
urea. Pemakaian urea juga dapat menyebabkan kemasaman
tanah (terutama PH tanah). Disamping itu
pemggunaan pupuk dengan dosis tinggi telah timbulnya pahat/defisiasi beberapa
unsur hara di dalam tanah.
Sejak
akhir delapan puluhan telah terlihat adanya degradasi tanah dimana
produktivitasnya terjadi penurunan. Produksi tanaman mulai mandek yaitu tidak
lagi terjadi peningkatan walaupun telah digunakan pupuk, benih yang berasal
dari varietas unggul dan diikuti pula dengan pemeliharaan yang intensif dengan
berbagai paket usaha tani.
Aktivitas
pemakaian pestisida dan herbisida kimia juga telah menyebabkan terkontaminasi
tanah dan air. Beberapa biota tanah yang
berguna bagi tanaman dilaporkan mengalami kepunahan sehingga proses perombakan
daur ulang bahan organic terhenti/lambat.
Cacing tanah dan meso fauna lainnya sedikit berkembang di dalam tanah,
padahal diketahui binatang-binatang tersebut sangat berperan dalam peningkatan
kesuburan tanah.
Input
luar berupa pestisida/herbisida juga telah mematikan predator alami yang
berhubungan erat terhadap peningkatan populasi hama, gulma yang tahan (reristen)
Punahnya musuh alami dapat menyebabkan terjadi resurgensi species hama tertentu
yang berarti tingkat serangannya jauh lebih hebat dari sebelumnya. Kejadian ini ditimbulkan karena sifat
pestisida kimia yang memiliki tingkat keracunan di spectrum pengendalian luas
serta dapat mematikan organisme apa saja.
Berdasarkan
uraian sebelumnya, walaupun sistem pertanian dengan input luar tinggi di satu
sisi kelihatan menguntungkan, tetapi ternyata juga memiliki kerugian yang luar
biasa. Oleh karena itu solusi yang
dipandang tepat untuk tertanggunglanginya persoalan tersebut adalah dengan
penerapan pertanian organik.
PENGERTIAN PERTANIAN ORGANIK
Terdapat beberapa pengertian dan definisi tentang pengertian organik, yaitu
:
a. Menurut Fukuoka (1985), Pertanian Organik
diartikan sebagai praktek bertani secara alami, tanpa pupuk dan pestisida
buatan, sedikit mungkin mengolah tanah, namun hasilnya sama besar jelas
dibandingkan dengan pemakaian zat-zat kimia sintetik.
b. Sutanto
(2002), Pertanian Organik ditafsirkan sebagai suatu sistem produksi pertanian
yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati.
c. Pertanian Organik diartikan pertanian ramah lingkungan yang merupakan
sistem pertanian yang tidak hanya meniadakan pupuk kimia buatan, pestisida
kimia, tetapi juga mengarah kepada sistem pertanian yang mempunyai visi
kemerdekaan dan kemandirian bagi petani, keselarasan alam dan kesehatan manusia
(Ali Fahmi, dkk), 2004).
Sedangkan
IFOAM (International Federation Of Organik Agriculture Movement) mendefinisikan
Pertanian Organik sebagai :
1.Memproduksi pangan dalam jumlah yang
mencukupi.
2.Mengupaya system budidaya alami
3.Mempertahankan siklus biologis
tanaman
4.Mengupayakan penggunaan sumber daya
yang dapat diperbaharui
5.Memungkinkan produsen memperoleh
pengembalian yang cukup dalam jangka panjang.
Beberapa macam pertanian organik,
antara lain biodinamika, regenatif dan natural. Biodinamika adalah sistem
pertanian yang cara penanaman berdasarkan waktu. Regeneratif adalah sistem pertanian disertai
dengan pengembalian ke dalam masukan-masukan yang berasal dari
biodinamika. Sedangkan natural adalah
sistem pertanian organik dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
tanah tidak diolah tidak ada penggunaan pupuk kimia, tidak dilakukan
pengendalian gulma dengan penggunaan herbisida dan tidak ada perlakuan
pemberian zat-zat kimia sebagai pengantar tumbuhan (Ali Fahmi, 2004).
Filosofi Pertanian Organik
Pertanian Organik adalah
mengembangkan prinsip-prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah
menyediakan makanan untuk tanaman dan bukan memberi makanan langsung pada
tanaman (Sutanto, 2002).
Praktek pertanian berkelanjutan
secara filosofis pada dasarnya bersumber dari sistem atau model pertanian
tradisional yang telah lama dipraktekkan dan dipertahankan oleh petani.
Pertanian tradisional yang bersumber dan berkembang dari kearifan local dan
kearifan pengetahuan yang telah dipraktekkan oleh petani sejak ratusan tahun
yang lalu adalah sebuah tradisi yang menghargai, menjaga dan melindungi keberlanjutan
alam sebagai kehidupan (Ali Fahmi, dkk, 2004).
Konsep pertanian organik berawal
dari pemikiran bahwa hutan alam yang terdiri dari ribuan jenis tanaman bias
hidup subur tanpa campur tangan manusia. Kondisi hutan dapat memberi makanan
dan perlindungan dengan temperatur yang cocok untuk binatang besar ataupun
kecil, serangga, cendawan, bakteri dan makhluk hidup lainnya. Kotoran burung
atau binatang serta mulsa dauan-daunan secara perlahan, tetapi pasti akan
terurai sehingga menjadi makanan (pupuk) bagi tanaman (Pracays, 2006).
PRINSIP PRINSIP PERTANIAN ORGANIK
Prinsip-prinsip
ekologi dalam penerapan pertanian organik dapat dipilahkan sebagai berikut :
- Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
- Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.
- Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
- Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman.
- Pemamfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dengan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanaman terpadu.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PERTANIAN ORGANIK
Kelebihan/Keunggulan
- Produk pertanian organik menyehatkan, tidak mengandung residu pestisida dan zat-zat kimia beracun yang berbahaya bagi kesehatan.
- Produk pertanian organik memiliki rasa yang lebih renyah (crispy), lebih manis, enak dan tidak cepat busuk.
- Produk pertanian organik memberikan nilai tambah yang tinggi bagi kesehatan tubuh petani maupun konsumen.
- Produk sarana pertanian organik (pupuk kandang bio-pestisida) tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, aman bagi kesehatan pengguna serta mudah terurai di alam. (biodegradable).
- Meningkatkan dan melestarikan kesuburan tanah serta keanekaragaman hayati.
- Menekan biaya produksi dan menguntungkan secara ekonomi dalam jangka panjang.
Kelemahan
- Produk pertanian organik memiliki penampilan fisik yang kurang prima/kurang bagus dibandingkan dengan tanaman yang dibudidayakan secara konvensional.
- Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak dibanding konvensional, khususnya untuk kegiatan pemupukan dan pengendalian hama.
- Proses penyerapan unsur hara dari pupuk organik dan efektivitas pestisida botani terhadap tanaman, efeknya lebih lambat dibandingkan saprotan kimia sistetis.
- Kegiatan pemeliharaan tanaman lebih intensif dibandingkan secara konvensional.
Apabila hara yang diestrak
dari dalam tanah lebih banyak daripada yang ditambahkan melalui proses alami :
melalui debu dan air hujan, pelapukan batuan dan penambatan nitrogen udara,
maka teknik pemupukan organik, mendaur ulang limbah organik yang dikombinasikan
dengan pemupukan kimia sangat diperlukan untuk mempertahankan aras kesuburan
tanah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar