Minggu, 06 Mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungi atau cendawan adalah organisme
heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka
hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut sporofit. Fungi memiliki berbagai macam penampilan tertgantung pada
spesiesnya (Pelczar, 1986).
Dalam Campbell (2003), Fungi adalah
eukariota, dan sebagian besar adalah eukariota multiseluler. Meskipun fungi
pernah dikelompokkan ke dalam kingdom tumbuhan, fungi adalah organisme unik
yang umumnya berbeda dari eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh
makanan, organisasi struktural serta pertumbuhan dan reproduksi.
Jamur sering dianggap
sebagai organisme yang tergolong dalam tumbuhan, tetapi adapula yang menganggap
jamur sebagai golongan organisme yang terpisah dari tumbuhan. Dengan demikian
terdapat pula perbedaan dalam klasifikasinya, tetapi perbedaan tadi terletak
pada taksa yang lebih tinggi dari kelas, sedangkan taksa dari kelas kebawah
tidak terdapat perbedaan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
dari makalah ini adalah:
Bagaimana karakteristik
kehidupan pada fungi ?
Bagaimana sistem reproduksi
pada fungi ?
Bagaimana sistem
pengklasifikasian pada fungi ?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah:
- Untuk mengetahui karakteristik kehidupan pada fungi.
- Untuk mengetahui sistem reproduksi pada fungi ?
- Untuk mengetahui sistem pengklasifikasian pada fungi ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara Hidup Fungi
Fungi adalah nama regnum
dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof
yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul
nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam
mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir,
atau ragi, meskipun seringkali yang
dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan
yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis
pada serangga atau katak) (Anonimous, 2008).
Fungi adalah eukariota, dan sebagian besar
adalah eukariota multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompakkan ke dalam
kingdom tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari
eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi stuktural,
serta pertumbuhan dan reproduksi Campbell (2003). Fungi atau cendawan terdiri
dari kapan dan khamir. Kapang bersifat filamentus, sedangkan khamir biasanya
bersifat uniseluler (Pelczar, 1986).
Gmabar
1. Kapang Pilobolustumbuh Gambar 2. Kapang Rhizopus tumbuh pada
kotoran hewan pada roti
Fungi adalah heterotrof yang mendapatkan
nutriennya melalui penyerapan (absorpsi). Dalam cara ini, fungi akan mencerna
makanan diluar tubuhnya dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang
sangat ampuh kedalam makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan molekul
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap dan digunakan
oleh fungi Campbell (2003).
Fungi dapat hidup dari benda organik mati
yang terlarut , yang disebut dengan saprofit. Saprofit menghancurkan
sisa-sisa ttumbuhan dan hewan yang kompleks dan menguraikannya menjadi zat-zat
kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah, dan
selanjutnya meningkatkan kesuburan (Pelczar, 1986). Makanan fungi dapat berasal
dari sumber-sumber seperti tanah subur, produk makanan yang dibuat oleh pabrik,
dan tubuh hewan dan tumbuhan (baik yang mati maupun yang hidup) (kimball,
1999).
Fungi parasitik menyerap zat-zat makanan dari
inang yang masih hidup. Beberapa jenis fungi misalnya seperti spesies tertentu
yan menginfeksi paru-paru manusia, bersifat patogenik (2003). Disamping itu
Funfi juga hidup dalam bentuk dismorfisme yaitu fungi dapat ada dalam
bentuk uniseluler (Khamir) dan bentuk benang/filamen (Kapang). Fase khamir
timbul bila organisme itu sebagai parasit atau patogen dalam jaringan sedangkan
bentuk kapang jika organisme itu merupakan saprofit dalam tanah atau dalam
medium laboratorium (Pelczar, 1986).
Manfaat dari adanya fungi adalah pada fungi
yang hidup sebagai saprofit dapat membantu proses pengambilan mineral dari
tanah bagi inangnya, disamping itu fungi saprofit juga penting dala fermentasi
industri, misalnya pembuatan anggur, bir, dan produksi antibiotik seperti
penisilin. Peragian adonan dan pemesakan beberapa keju juga bergantung pada
kegiatan cendawan (Pelczar, 1986).
Selain sifat yang menguntungkan, fungi juga
memiliki sifat yang merugikan, fungi dapat membusukkan kayu, tekstil, makanan
dan lain-lain. Disamping itu fungi juga dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, hewan dan tumbuhan, salah satu contoh cendawan patogen adalah Histoplasma
capsulacum yang menyebabkan histoplomosis (infeksi mikosis pada sistem
retikuloendotelium yang meliputi banyak organ) (Pelczar, 1986).
2.2 Habitat Fungi
Fungi menempati lingkungan yang sangat
beragam yang berasosiasi secara simbiotik dengan banyak organisme. Meskipun
paling sering ditemukan pada habitat darat, fungi juga hiudp dilingkungan
akuatik, dimana fungi tersebut berasosiasi dengan organisme laut dan air tawar
serta bangkainya. Lichen, perpaduan antara fungi dan alga, banyak terdapat
dimana-mana dan ditemukan pada beberapa tempat yang tidak bersahabat sepeti
gurun yang dingin dan kering di Antartika, tundra alpin dan artik. Fungi
simbiotik lainnya hidup dalam jaringan tumbuhan yang sehat dan spesies lain membentuk
mutualisme-mutualisme pengkomsumsi selulosa dengan serangga, semut dan rayap
(Campbell 2003).
Golongan Fungi yang termasuk hidup dalam air
adalah oomycota dan chytridiomycota, sedangkan golongan fungi yang hidup di
darat (tanah) misalnya, Mucorales, Ascomycota, deuteremycetes dan beberapa
Peronosporales (Gunawan, dkk, 2004).
2.3 Kateristik Morfologi dan Fisiologi Fungi
Sebagian besar fungi adalah organisem
multiseluler dengan hifa yang dibagi menjadi sel-sel oleh dinding yang
bersilangan atau septa. Disamping itu juga terdapat fungi asepta, yaitu hifanya
tidak dibagi sel-selnya oleh septum.
Hifa adalah benang halus yang merupakan bagian dari
dinding tubuler yang mengelilingi membran plasma dan sitoplasma. Jamur
sederhana berupa sel tunggal atau benang-banang hifa saja.Jamur bertingkat
tinggi terdiri dari anyaman hifa yang disebut posenim atau
pseudoparenkim.Prosenkim adalah jalinan hifa yang kendor dan
pseudoparenkimadalah anyaman hifa yang lebih padat dan seragam.Sering terdapat
anyaman hifa yang padat dan berguna untuk mengatasi kondisi buruk yaitu
rhizomorfatau sklerotium.Ada pula yang disebut stroma yaitu jalinan hifa yang
padat dan berfungsi sabagai bantalan tempat tumbuhnya bermacam-macam bagian
lainnya (Sasmitamihardja dkk,1990).
Gambar 3.
Hifa yang membentuk miselium dan tubuh buah
Pada khamir ukurannya sangat beragam 1 sampai 5 µm lebarnya dan
panjangnya 5 sampai 10 µm atau lebih. Bisanya berbentuk
bulat telur, tetapi ada yang memanjang atau berbentuk bola dan khamir tidak
dilengkapi dengan flagelum sebagai alat bergerak. Sedangkan kapang, tubuh atau
talusnya terdiri dari 2 bagian yaitu: miselium dan spora.
Jalinan masa hifa disebut miselium dan hifa
dapat berada dalam bentuk menjalar
atau menegak, biasanya menghasilan alat-alat pembiakan yaitu spora Septa pada umumnya memiliki pori yang sangat besar agar
ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel
yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah satu kilometer setiap
hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan tetapi miselium
mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan ujung-ujung hifanya
denagan cepat ke tempat yang baru ( Campbell, 2003).
Sebagian besar fungi membentuk dinding selnya
terutama dari kitin, suatu polisakarida yang mengandung pigemen-pigmen yang
kuat namun fleksibel dan pautan di antara gula-gula seperti yang terdapat pada
selulosa dan peptidoglikan (kimball, 1999).
Fungi dapat lebih bertahan dalam keadaan alam
sekitar yang tidak menguntungkan. Sebagai contoh, khamir dan kapang dapat
tumbuh dalam suatu substrat atau medium berisikan konsentrasi gula yang dapat
menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri. Khamir merupakan mikroorganisme
fakultatif, artinya mereka dapat hidup dalam keadaan aerobik maupun anaerobik (Pelczar,
1986).
Fungi dapat tumbuh dalam kisaran suhu yang
luas, dengan suhu optimum bagi kebanyakan spesies saprofitik dari 22 sampai 300C,
spesies patogenik mempunyai suhu ptimum lebih tinggi, biasanya 30 sampai 37 0
C. Pada cendawan akan tumbuh pada atau mendekati 0° C (Pelczar, 1986).
2.4 Reproduksi Fungi
Spora fungi memiliki berbagai bentuk dan
ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual maupun aseksual. Pada umumnya spora
adalah organisme uniseluler , tetapi ada juga spora multiseluler. Spora dihasilkan
di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi. Ketika kondisi lingkngan
memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri mereka sendiri dengan
cara menghasilkan banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa oleh angin atau
air, spora-spora tersebut berkecamabh jika berada pada tempat yang lembab pada
permukaan yang sesuai (Campbell 2003).
Menurut Pelczar (1986), bahwa spora seksual
yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu:
Aksospora: Spora bersel
satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya
terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
- Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
- Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa cendawan melebur.
- Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium mengasilkan oospora.
Klasifikasi Fungi
Klasifikasi fungi terutama berdasakan pada cirri-ciri spora
seksual dan tubuh buah yang ada selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya.
Cendawan yang diketahui tingkat seksualnya disbut cendawan perfek/sempurna.
Cendawan yang dbelum diktahui tingkat seksualnya dinamakan cendawan imperfek.
Berdasarkan pada cara dan cirri reproduksinya terdapat empat kelas cendawan
sejati atau berfilamen di dalam dunia Fungi yaitu: Phycomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes dan Deuteromycetes (Pelczar, 1986).
Phycomycetes
Anggota kelas ini seringkali disebut sebagai
cendawan tingkat rendah. Ciri yang umum pada spesies ini adalah tidak adanya
septum di dalam hifa yang membedakan dengan tiga anggota yang lain.
Phycomycetes mempunyai talus miselium yang berkembang dengan baik. Hifa fertile
menghasikan sporangium pada ujung sporangiospora. Pada talus Rhizopus,
disamping hifa vegetatif dan sporangium terdapat juga hifa seperti hifa pendek
dan bercabang banyak yang disebut rizoid (Pelczar, 1986).
Ascomycetes
Ascomycetes menghasilkan dua macam spora, yang terbentuk secara
aseksual disebut konidiam, berkembang di dalam rantai ujung hifa. Macam
spora ke dua dihasilkan sebagai akibat reproduksi seksual. Empat
atau delapan spora ini disebut askospora, terbentuk di dalam askus
berupa kantung (kimball, 1999).
Kebanyakan hidup sebagai saprofit. Banyak
khamir termasuk kelas Ascomycetes karena membentuk askospora. Secara aseksual,
genus khamir Schizosaccharomyces ini memperbanyak diri dengan pembelahan
diri melintang (Pelczar, 1986).
Basidiomycetes
Basidiomycetes merupakan pengurai penting
bagi kayu dan bagian tumbuhan yang lainnya. Kelompok ini dicirikan oleh adanya
basidiospora yang terbentuk di luar pada ujung atau sisi basidium.
Basidiomycetes yang banyak dikenal meliputi jamur, cendawan papan pada
pepohonan, dan cendawan karat serta cendawan gosong yang menghancurkan
serealia. Jamur adalah tubuh buah, atau Basidiokarp yang mengandung
basidia bersama basidiosporanya (Pelczar, 1986).
Deuteromycetes
Kelas ini meliputi cendawan yang tingkat
reproduksinya imperfek. Sebagian besar cendawan yang patogenik pada manusia
adalah Deuteromycetes. Mereka seringkali membentuk spora aseksual beberapa
macam di dalam spesies yang sama. Di samping fase saprofitik yang berbentuk
miselium, banyak di antaranya parasitik seperti khamir. Salah satu spesies yang
patogen adalah Histoplasma capsulatum (Pelczar, 1986).
BAB III
KESIMPULAN
Fungi merupakan mikroorganisme eukariota yang
sebagian besar bersifat multiseluler. Fungi atau cendawan terdiri dari kapang
dan khamir. Secara umum Fungi hidup dengan 3 cara yaitu sebagi saprofit,
parasitik dan diomorfis. Fungi adalah heterotrof yang mendapatkan nutriennya
melalui penyerapan (absorpsi).
Fungi menempati lingkungan yang sangat
beragam yang berasosiasi secara simbiotik dengan banyak organisme baik di darat
maupun di air. Sebagian besar fungi adalah organisem multiseluler dengan hifa
yang dibagi menjadi sel-sel oleh dinding yang bersilangan atau septa. Dinding
sel pada fungi dilindungi oleh Selulosa dan Kitin
(polisakarida yang mengandung unsur N). Fungi dapat berkembang biak dengan dua
cara yaitu cara seksual dan aseksual.
Berdasarkan pada cara dan cirri reproduksinya
terdapat empat kelas cendawan sejati atau berfilamen di dalam dunia Funi yaitu:
Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Daftar Pustaka
Campbell,
dkk. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sasmitamihardja, Drajad, dkk. 1990. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan.
Bandung: FMIPA ITB
Kimball,
John W. 1999. Biologi jilid 3. Jakarta: Erlangga
Pelczar,
Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press. Hal: 131
Gunawan, Agustin Wydia, dkk. 2004. Cendawan dalam Praktek
Laboratorium. Bogor: IPB-Press
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar